Minggu, 15 September 2013

Review Manga: Basilisk






Pertama kali denger judulnya, jujur aku nggak tertarik baca manga ini soalnya judulnya bikin ingat salah satu makhluk berwujud ular yang ada di Harry Potter, jadi aku bayangin kalo ceritanya tentang monster-monsteran gitu. Tapi setelah gak sengaja nonton episode terakhir animenya di salah satu TV swasta subuh-subuh, aku jadi niat mau baca manganya karena ternyata genrenya cocok denganku.

Manga ini ditulis oleh Masaki Segawa dan diterbitkan di Jepang tahun 2003-2004. Menceritakan kisah perseteruan klasik antara dua klan ninja yaitu Iga dan Kouga. Rasa benci antara kedua klan yang sudah terjadi selama 400 tahun lebih telah memicu berbagai insiden berdarah yang menelan banyak korban jiwa.Pada akhirnya peperangan antara kedua klan dapat dihentikan oleh perjanjian perdamaian yang digagas oleh Hattori Hanzo I, meski demikian rasa dendam dan kebencian masih tertanam dalam hati masing-masing.

Beberapa tahun setelah disetujuinya perjanjian perdamaian, Tokugawa Ieyasu (shogun pada masa itu) pun mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri Ieyasu ini mulai memicu perpecahan pendapat mengenai siapa yang pantas untuk menjadi penerus Ieyasu. Persaingan dalam istana yang menjadi semakin tidak terkendali membuat para penasihat kerajaan mengusulkan pada Ieyasu untuk menggunakan jasa ninja untuk menentukan siapa yang akan menjadi penerusnya. Ieyasu menyetujui usulan tersebut, kemudian ia memerintahkan mencabut perjanjian perdamaian kedua klan ninja tersebut dan memerintahkan Ogen dan Danjo (Pemimpin kedua klan) menunjuk 10 orang ninja terbaiknya untuk mengikuti kompetisi hidup mati untuk menentukan shogun berikutnya. Pertarungan pun dimulai antara 10 orang ninja dari masing-masing klan dengan kemampuan ninja yang menakutkan.

Ringkasan ceritanya segitu aja ya, kalo mau tau gimana kelanjutannya silahkan baca sendiri manganya.

Manga ini tidak cocok buat anak-anak dan orang-orang yang sensitif, karena banyak ilustrasi yang dogambarkan terlalu eksplisit ( T_T berarti aku nggak sensitif ya?).Tapi nilai moralnya sebenarnya bagus (kalo bisa nangkep), nilai moral yang aku tangkap sih sebenarnya para ninja tersebut hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan senang, sedih, cinta, benci, dendam, serta perasaan lain yang juga dirasakan oleh manusia lainnya. Kita tidak boleh meniru sikap Ieyasu dan para penasihatnya yang menganggap para ninja lebih rendah daripada para samurai, bahwa jika para ninja tersebut mati tidak akan ada pengaruhnya bagi siapapun. Padahal para ninja tersebut pasti memiliki keluarga dan orang yang dikasihi yang akan merasa kehilangan jika mereka mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar